Sabtu, 23 September 2023

Ban Berjalan Sendiri

ban berjalan sendiri
Saat saya pulang siang hari kemarin, tiba-tiba saya terkejut. Saya yang sedang mengendarai sepeda motor langsung fokus pada sebuah benda berjalan sediri. Ternyata benda itu adalah ban sebuah truk. Entah di mana truk itu berada. Ban itu melaju sangat kencang melewati fly over dan menabrak pembatas jalan, kemudian terlempar di bahu jalan dan turun ke dasar sungai.

            Sobat, ban yang terlepas dari roda akan tetap berjalan mengikuti arah jalan. Namun ban itu tidak memiliki arah tujuan sama sekali. Bagaimana dengan perjalanan hidup kita? Apakah kita sudah membuat goal atau tujuan hidup ke depan yang harus kita jalani? Ataukah kita masih mengalir saja sehari-hari seperti ban truk itu? (jey ~ renungan singkat)

Rabu, 06 September 2023

Salah Memulai

salah memulai
Seorang teman pernah panjang lebar bercerita kepada saya. Dia menikah dan memulai kehidupan baru bersama istrinya dengan cara yang salah. Dia mengadakan resepsi pernikahan dengan budget yang cukup banyak tanpa memikirkan kehidupan setelah pernikahan. Alhasil ketika dia ingin memulai suatu usaha, dia harus meminjam dana dengan menggadaikan kendaraannya. Tidak hanya itu, dia juga terburu-buru memiliki anak tanpa perencanaan keuangan yang matang. Sekarang dia hanya bisa terus berujar, "Aku telah salah memulai."

            Sobat, ketika kita salah memulai sesuatu dan dalam prosesnya tak kunjung membaik, tetaplah optimis. Kita tetap percaya kalau kelak hasilnya pasti akan baik. Kita harus terus meng-upgrade diri dan kapasitas kita. Dengan terus meng-upgrade diri dan kapasitas, kita akan menyelesaikannya lebih baik lagi. Namun, jika tidak ada sesuatu yang kita lakukan – tetap melakukan kegiatan yang sama setiap harinya – tentunya hasilnya akan tetap sama saja, tidak ada perubahan. Apakah kita ingin mencoba membuat perubahan itu (meng-upgrade diri)? (jey ~ renungan singkat)

Jumat, 21 Januari 2022

Jam Tua

jam tua
Seorang kakek terlihat memandangi jam tangannya. Jam tangannya yang telah tua tersebut sudah tidak
bisa menunjukkan waktu. Sudah berkali-kali di servis tapi tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Sebentar saja jam itu hidup, kemudian dia berhenti kembali. Tukang servis jam tersebut mengatakan, "Kek, sudah waktunya jam ini diletakkan atau dibuang. Saya sudah menyerah dan tidak sanggup langi membetulkannya." Kakek ini pun menjawabnya dengan lugas, "Saya tidak akan meletakkan atau membuang ini, karena jam ini pemberian dari sahabat terbaik saya. Dia rela menabung demi memberikan hadiah ini kepada saya."

            Sobat, kadang kala kita menilai sesuatu seperti tukang jam tersebut. Kalau sudah tidak berguna ya dibuang saja. Namun pernahkah kita renungkan kalau segala sesuatu tidak harus dibuang. Pernahkah kita renungkan kadang barang kiranya sudah tidak layak pakai memiliki kegunaan lain. Jika tidak memiliki kegunaan lain, mungkin punya nilai tersendiri. Atau barang tersebut bisa berguna juga bagi orang lain. (jey ~ renungan singkat)

Ubah Sudutnya

ubah sudutnya
Dengan suara lantang pak Benny memanggil Anton, "Ton, cepat selesaikan soal matematika di depan."
Anton yang mulai mengantuk langsung sigap dan segera menuju ke depan. Lima belas menit telah berlalu, Anton menggunakan semua rumus tapi belum menjawab soal itu. Setengah jam kemudian pak Benny meminta spidol yang dipegang Anton dan mengatakan, "Ini soal yang mudah Ton, kamu hanya perlu mengubah sudutnya, dan lihat sudah dapat jawabannya kan."

            Semudah mengubah sudut dalam matematika. Begitulah ujar seorang teman kepada saya ketika melihat teman-temannya mengalami masalah. Kadang kala saya jengkel, karena kata-katanya terlihat menggampangkan masalah. Tapi setelah bertahun-tahun saya mengerti maksudnya. Ketika kita mengalami masalah yang berat - bahkan beruntun – sebaiknya kita melihatnya dari sudut yang berbeda. Bisa jadi saat kita mengubah sudutnya, kita langsung menemukan jawabannya. Sudahkah kita mengubah sudutnya dalam bertemu masalah-masalah? (jey ~ renungan singkat)

Sudah Seperti Itu

sudah seperti itu
Seorang pemain dalam sebuah pertandingan olahraga menyerah. Dia nggak mau bermain lagi dalam
pertandingan. Dia selalu gagal dalam mencetak goal. Dia selalu buat kesalahan. Dalam sepuluh kali pertandingan, semuanya dia melakukan kesalahan. Dia berpikir mungkin aku sudah gagal, tidak punya keahlian, dan memang sudah seperti itu.

            Ketika dia hendak berpamitan kepada timnya, pelatihnya datang dan memberikan pesan. "Tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Teruslah berjuang hingga menjadi yang terbaik. Teruslah mencoba hingga menemukan titik terang. Jangan lupa setiap penemuan di dunia berawal dari kegagalan ratusan, bahkan ribuan kali."

            Dia pun akhirnya pulang dan merenung pesan dari pelatihnya itu. Keesokan harinya dia bangun dan membuat keputusan, dia akan berlatih lebih keras lagi dan belajar dengan cara yang berbeda. Hasilnya dia pun menjadi pemain terbaik dalam sepanjang sejarah pertandingan hidupnya.

            Menjadi yang terbaik bukan berarti kita nggak berlatih. Bukan juga kita menyerah dengan keadaan yang ada. Untuk menjadi yang terbaik, diperlukan latihan ekstra, kesabaran, kegigihan lebih dari semua orang pada umumnya. Bisa dibilang aneh atau nggak umum. Tapi kalau kita percaya dan tekun, percayalah kita akan mendapatkan hasil yang terbaik. (jey ~ renungan singkat)

Sabtu, 15 Mei 2021

Memang Tidak Adil

Seorang anak laki-laki dilahirkan dalam keluarga yang sederhana. Tak lama kemudian lahir pula 5
adiknya. Anak laki-laki tersebut menjadi panutan bagi adik-adiknya. Semua adiknya cewek. Alhasil anak laki-laki tersebut harus lebih ekstra menjaga adik-adiknya. Dia juga setelah lulus SMA langsung bekerja demi membantu keluarga, membantu biaya adik-adiknya dalam bersekolah. Sebagai kakak yang paling tua dia sering kali mengeluh karena diperlakukan tidak adil. Memang tidak adil yang sering dipikirkannya. Sampai suatu hari dia disadarkan oleh kalimat seorang motivator, "Dunia memang tidak adil. Kita harus terus melangkah. Ketika kita terus melangkah dan berusaha, keadilan itu akan kita temui."

            Kita jika diposisikan seperti sang kakak tersebut akan mengeluh tidak adil. Namun bila kita terus menerus mengeluh maka masalah hidup kita juga tidak kunjung selesai. Kita harus menerima kondisi tidak adil dan menghadapinya dengan sudut pandang yang berbeda.

            Sudut pandang yang berbeda membuat kita lebih optimis menghadapi setiap permasalahan yang ada. Permasalahan yang ada dapat membuat kita semakin bertumbuh jadi pemimpin yang baik atau membuat kita semakin terbelakang? (jey ~ renungan singkat)

Kamis, 31 Desember 2020

Pahami Dulu Maksudnya

pahami dulu maksudnya
Seorang pekerja di suatu perusahaan mempunyai prinsip fast response. Dia menjawab segala sesuatu serba cepat dan kilat. Alhasil dia dijuluki sebagai customer service yang sangat baik. Namun apakah itu baik ke depannya? Ternyata tidak. Dia pun sering salah merespon dari pimpinanya. Kadang kala pemimpinnya belum selesai mengutarakan maksudnya, dia sudah bertindak. Maksud yang disampaikan oleh pimpinannya adalah A hingga E, tapi dia hanya menanggapi A hingga C, karena yang D hingga E tidak dia pahami. Karena sering berbuat demikian, dia mendapat teguran yang cukup keras.

            Fast response memang baik. Namun fast response juga bisa jadi bumerang buat kita. Tidak semua harus ditanggapi secara cepat, kadang kala lawan bicara kita sedang memikirkan pembicaraan secara step by step. Jadi kita harus mendengarkan pembicaraan dengan seksama dan terperinci.

            Tidak hanya dalam pembicaraan, tapi dalam suatu percakapan teks (chatting) juga demikian. Kita harus memahi benar maksud yang disampaikan secara keseluruhan, bukan hanya sepenggal kata atau sepenggal kalimat. Hal itu akan sangat berguna agar kita terhindar dari salah paham yang merusakkan hubungan tersebut. Sudahkah kita memahami dahulu maksud dalam suatu pembicaraan? (jey ~ renungan singkat)

Kamis, 20 Agustus 2020

Guru Darurat

Kegiatan belajar mengajar memang harus terus berlangsung selama Covid-19 ini terjadi. Pemerintah

guru darurat
menganjurkan untuk kegiatan belajar mengajar sekolah diubah menjadi secara online. Banyak sekolah yang meliburkan siswanya serta mulai mencoba metode pembelajaran baru. Di mana guru menyampaikan materi dan memberikan tugas secara online. Siswa pun diberi tenggat waktu untuk mengumpulkan tugas-tugasnya. Hal tersebut memang terlihat efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19, tapi tidak semuanya itu efektif untuk siswa.

            Ada beberapa hal yang menurut pengajar (guru) harus disampaikan dengan tatap muka. Tidak bisa dilakukan secara online. Hal tersebut juga menjadi kendala di beberapa daerah yang minim jaringan internet dengan latar belakang siswanya yang kurang mampu juga untuk membeli kuota internet atau tidak memiliki smartphone. Dengan kondisi yang minim di beberapa daerah tersebut munculah guru darurat. Guru darurat ini berperan untuk mengunjungi siswanya di rumah, bahkan ada siswa yang seperti belajar kelompok dan guru pun hadir disitu. Guru-guru darurat tersebut lahir dari inisiatif masing-masing pribadi karena peduli kondisi siswanya yang sangat perlu belajar namun sangat tidak memungkinkan secara online.

            Guru darurat yang muncul di beberapa daerah di Indonesia tidak memusingkan lagi akan biaya lebih yang harus dikeluarkan untuk mengunjungi siswanya. Tujuan mereka hanya satu, supaya setiap siswanya dapat menimba ilmu dan tak tertinggal dengan yang lain. Seperti halnya guru-guru darurat yang muncul karena kepedulian mereka terhadap siswa, hidup kita sekarang ini seharusnya juga seperti guru darurat tersebut. Di tengah pandemi yang mewabah di seluruh dunia, kita harus memiliki kepedulian yang tinggi. Tidak terlalu memusingkan kepentingan kita sendiri saja. Rela dan mau mengulurkan tangan untuk membantu orang lain yang sedang kesulitan dengan ikhlas, tanpa menghitung-hitung untung dan ruginya. Niscaya bencana non alam ini dapat kita lalui bersama. Apakah kita sudah melakukannya? (jey ~ renungan singkat)

Cinta Indonesia

Mencintai seseorang berarti memberikan perasaan kepada orang tersebut, bahkan juga ada pengorbanan yang dilakukan. Hal serupa yang kita lakukan kepada negara kita. Negara yang disebutkan negara kepulauan terbesar dan salah satu negara yang memiliki penduduk banyak juga. Ya, itulah negara kita Indonesia.

            Banyak orang yang ditanya, "Apakah kamu mencintai Indonesia?" Rata-rata pasti menjawab mencintai Indonesia. Namun apa yang telah kita lakukan untuk negara ini? Apa kita hanya menunggu pemerintah melakukan sesuatu? Apa kita hanya duduk dan berkomentar ini dan itu?auan terbesar dan salah satu negara yang memiliki penduduk banyak juga. Ya, itulah negara kita Indonesia.

           Sobat, mencintai Indonesia tidak hanya kita tinggal diam dan pasif. Namun ada suatu tindakan yang 
cinta indonesia
harus kita lakukan. Sekalipun tindakan itu kecil banget. Misalnya saja menjaga lingkungan kita untuk selalu bersih dari sampah, dengan tidak membuang sampah sembarangan. Bisa juga membuat suatu produk atau karya tertentu yang membuat orang di negara lain melihat Indonesia dengan cara pandang yang berbeda. Maukah kita mencobanya? 
(jey ~ renungan singkat)

Minggu, 09 Agustus 2020

Belajar dari Rumah

belajar dari rumahMasa pandemi yang belum berakhir membuat kegiatan belajar mengajar agak terganggu. Banyak yang harus belajar dari rumah baik menggunakan smartphone atau laptop secara online. Hal itu untuk mencegah terjangkitnya virus. Karena jika berkumpul di sekolah, kampus, atau tempat belajar mengajar akan sangat rentan terkena virus.

            Namun pembelajaran online ini di beberapa daerah di Indonesia kurang efektif. Banyak kendala yang harus dihadapi, baik soal fasilitas, koneksi jaringan, dan banyak faktor lainnya. Ada yang menghadapinya dengan terus berjuang, berusaha, dan mengupayakan segala kreatifitas serta usaha yang ada. Ada pula yang menghadapinya dengan pasrah dan tidak enggan berjuang.

            Pandemi memang tidak bisa cepat berlalu, bahkan ada virus-virus baru bermunculan. Sistem belajar dan bekerja juga diharuskan berubah serta menyesuaikan dengan kondisi terkini. Kita tidak bisa menyalahkan keadaan yang ada. Kita juga tidak boleh putus asa atau pasrah dengan kondisi yang ada. Hal yang harus kita lakukan adalah terus mencoba, berusaha, dan tetap berjuang dengan berbagai kreatifitas yang ada. Maukah kita terus berjuang? (jey ~ renungan singkat)