Hujan lebat melanda
rumah itu. Ibu yang tinggal di rumah itu mulai kebingungan. Karena atap rumah
mulai merembes air hujan. Akhirnya ember kesayangan ditemukan di halaman belakang
rumah. Ember itu diletakkan di bawah atap yang merembes dan airnya pun menetes
di ember. Memang hanya sebuah ember.
Kadang kala kita lupa akan ember
dalam hidup kita. Kita sering memperhatikan "ember" orang lain. Mencampuri
atau memperdulikan orang lain, sehingga lupa ember dalam hidup kita mulai
bocor. Kita jarang mengoreksi diri dan terus melebarkan "ember hidup"
ini. Alhasil kalau kita ditanya ke depannya ingin seperti apa. Kita akan selalu
menjawab tidak tahu. Karena kita kurang mengisi dan memperlebar "ember
hidup" yang kelak dapat menentukan arah dan langkah kita. Maukah kita
mulai memperhatikan "ember hidup" yang dimiliki saat ini? (jey)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar